HOME

Curahan Hati Gubernur Jomblo Sumatera Utara




Dariku, Teruntukmu.


Oh kau kiranya, bertemu pula.
Setelah 15 tahun kita berpisah.
janganlah gugup.
Sudahkah sembuh luka hatimu?
di aku sudah!
Tapi payah aku melipur jejaknya. 
parutnya masih berkesan di dadaku. 

15 tahun, bertemu pula.
Setelah kita lalui jalan hidup masing-masing, maafkan daku. Bersiapakah aku mestinya
adinda, kekasih, juwita yang pernah kuucapkan di mukamu dulu, 
atau dalam surat-surat yang pernah kukirimkan, tidak ‘kan kuucapkan lagi
aku takut,
obat lekat pantang terlampau
kembali penyakit lama
--Ah, tidak; Aku mulai tua

15 tahun..... 
melihat kau sekarang, kuteringat kau yang dulu.
kau yang ada dalam kenanganku.
kau yang tergambar dalam hatiku.
aku teringat, mudaku dan mudamu.
semasa kita masih menyangka,
alam boleh sekehendak kita.
padahal: Takdir tak mengizinkan kita bertemu. Hidup kita tak dapat dipadu menjadi satu.
kau mengambil jalanmu sendiri – terpaksa atau tidak
dan aku pun
mengambil jalanku pula.

15 tahun
aku telah berjalan, dan berjalan jua
tapi dalam sudut hatiku, kau telah menjadi pelita yang hidup
kaulah pelitaku
tanglongku
dalam kegelapan malam yang senyap sunyi
sehingga aku menjadi aku
walaupun kau tak merasa. Barangkali!

15 tahun..... 
tertawa aku, tertangis aku
tersenyum tersedu
mendaki ku menurun
melereng ku mendatar
pernah kunaik, pernah kujatuh
jatuh dan bangkit lagi, lalu berjalan jua
sahaja mati yang belum kurasai
sehingga aku menjadi aku
dan perjumpaan kita, 15 tahun yang telah lalu
adalah pendorong perjuangan hidupku

Hari ini
setelah 15 tahun
kita pun berjumpa pula
aku dengan engkau
kau yang sekarang
maka teringatlah aku. Kau yang dulu
kalau bukan lantaran kau yang dulu
tentulah air mataku tidak kan titik ke bumi.
garam hidupku yang kulalui
air mata itulah yang kususun kembali
sesudah dia jatuh berderai bagai manik putus pengarang.
kujadikan gubahan buat kau. Kau yang dulu
sehinggaku menjadi Aku

15 tahun…
alangkah cepatnya putaran zaman
wahai orang yang sekian lama terlukis di sudut hatiku.
jangan engkau salah terima, wahai kau yang sekarang,
sekiranya aku melihat tenang.
Merenung wajahmu,
izinkanlah sejenak, aku mencari, mencari
aku ini kehilangan.
Dia, dia akan kucari dalam ruang matamu.
kau yang dulu

Berjalan lurus, dan teruslah.
pikullah kewajiban yang telah ditentukan Tuhan
buat kau. Dan aku pun
meneruskan jalanku pula
berjalan dan berjalan jua
mendatar, melereng, mendaki dan menurun
kau lihat. Rambut putih telah mulai berjuntai di ubun-ubunku
kau lihat. Tiga garis telah mulai ada di keningku
alamat, sengitnya perjuangan yang telah kutempuh dulu dan kuhadapi lagi
marilah sama-sama, meneruskan perjalanan
melaksanakan hayat
jauh… dan jauh lagi

Hanya sebuah harapanku tinggal
semoga usia sama panjang
dapat berjumpa pula 15 tahun yang akan datang
mau atau tidak mau
kau… dan aku….
Bila tak ku nyatakan kasih ku dengan kata. Kusimpan indahmu di dalam dada.


-Mhd Yasir Harahap
Gubernur Jomblo Sematera Utara-



Jangan lupa tetap berikan masukan, kritik, dan saran.
Sinopsis ; Buya Hamka
#Salam Literasi

Filosofi Bambu


Bambu itu keajaiban buat saya. Dalam kondisi tertentu, bambu muda dapat tumbuh sampai 60 cm dalam 24 jam.

Banyak suku di Asia dan Afrika yang menjadikan bambu sebagai bahan makanan. Dan tak banyak yang tahu bahwa sayur bambu memiliki kandungan Kalium yang lebih tinggi dibanding Brokoli.

Belum lagi berbagai masakan tradisional di dalam ruas bambu. Lemang misalnya. Karena hanya dalam bambu rasanya lebih “nendang”.

Bambu juga mengandung kadar gula yang tinggi, karena itu menjadi incaran banyak hama selama getahnya masih ada. Ia juga menjadi bagian dari seni beladiri. Di kebudayaan Tamil kuno misalnya, tongkat dari bambu menjadi satu seni bela diri.

Tapi keunikan lainnya adalah lekatan kebudayaan yang ada pada bambu. Karena itu kita mengenal istilah “bona bulu”.

Bambu juga dijadikan diary oleh gadis-gadis zaman dahulu. Keluh kesahnya ditulis pada sebilah bambu yang disebut “ratapan”. Belum lagi berbagai anyaman dari bambu, sampai “rinti” tempat “mardege”.

Bambu juga menjadi alat musik, “tulila”, dan lain-lain. Bambu menjadi dinding “Sopo” selama berabad-abad lamanya.

Tapi tahukah Anda? “Bambu yang paling lurus yang pertama di tebang.” Itu menjadi idiom bahwa orang yang lurus selalu dipilih untuk dikorbankan.



Mohon berikan masukan, kritik, dan saran.
sumber ; berita madina
#Salam Literasi

Lebaran tanpa corona


Sore hari di lingkungan kampus tercinta UIN-SU Medan, terdengar suatu kabar bahwa akan keluar surat edaran dari pihak rektorat tentang penutupan kampus selama 14 hari kedepan. Terkait penularan suatu virus yang berasal dari Wuhan, yang sudah menyebar di kawasan Indonesia raya khusus nya di kota medan sehingga mengharuskan penutupan kampus untuk memutus mata rantai virus tersebut yaitu virus corona (Covid-19).

Dan mengharuskan seluruh mahasiswa belajar secara daring. Haru mendengarnya karena kampus belom lama ramai setelah libur semester ganjil. Di samping gejolak nya tugas-tugas yang di berikan para dosen dan mengakibatkan pembelajaran kurang efektif.

Setelah 3 hari ternyata berita penutupan kampus benar-benar terjadi. Dengan berat hati para mahasiswa pulang ke rumah masing-masing karena jangka waktu libur terlalu lama. Para mahasiswa memutuskan untuk belajar dari kos masing-masing. Tidak sedikit mahasiswa yang pulang kampung untuk berjumpa dengan orang tua kembali.

Setelah berjalan waktu seminggu terdengar lagi kabar dari pihak kampus akan di perpanjang pembelajaran secara daring. Kebanyakan mahasiswa mengeluhkan pembelajaran secara daring ini. Karena semua pembelajaran berpatokan kepada jaringan. Tidak semua wilayah mempunyai jaringan yang bagus. Dan dengan secara terpaksa juga mahasiswa-mahasiswa meniatkan pulang ke kampung halamanan masing-masing. Ternyata perpanjangan pembelajaran secara daring akan melebihi waktu sampai lebaran mendatang.

Surat edaran perpanjangan pembelajaran secara daring pun tiba. Mahasiswa tingkat akhir mengeluh karena mereka akan kesulitan memperoleh bimbingan skripsi secara daring. Dan tidak semua dosen pembimbing lihai dalam berteknologi dengan handphonenya. Tidak satu - dua dosen pembimbing bisa menggunakan handphone hanya untuk panggilan telepon saja.
Ditambah lagi kekesalan mahasiswa tingkat akhir dengan keluar nya surat edaran tentang bimbingan skripsi, seminar proposal, sidang komprehensif, dan sidang munaqosah di lakukan secara daring bahkan wisuda pun akan di lakukan secara daring (online).

Salah satu mahasiswa yang jarang pulang ke kampung halaman memutus kan untuk pulang kampung untuk berjumpa dengan orang tuanya. Jarang pulang kampung karena jarak kota medan dengan kampung halamannya lumayan jauh.

Dengan berat hati dia melangkah menuju kampung halamannya. Tetapi dengan motivasi tinggi ingan mengabdikan diri kepada orang tua.

Setelah menempuh perjalan kurang lebih 12 jam, sampailah ke kampung halaman dengan mata tercengang melihat kondisi kampung halaman berbeda dengan sebelumnya. Seperti biasa mahasiswa ini pulang kampung hanya di waktu lebaran saja, dan kondisi kampung sangatlah ramai. Dan kali ini dia pulang kampung ketika ramadhan belum datang, orang-orang perantauan belum beranjak untuk mudik.

Barbaran jae, Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, yang juluki dengan "Negeri beradat taat beribadah" ini lah kampung halaman Mahasiswa tersebut.
Tempat tinggal yang masih arsi dengan pepohonan dan tanaman para petani. Karena 95% pengahasil para penduduk nya dari tanaman (Petani).

Para pribumi ini tidak terlalu khawatir terhadap berita Covid-19 ini. Karena setiap harinya mereka hanya tahu ke ladang. Jika di tanya tentang covid-19 mereka menjawab "inda dohot-dohat ita mar-conona"  artinya "kita tidak ikut-ikutan ber-corona". Dengan jawabannya sudah jelas kita tahu mereka tidak terlalu perduli.

Selang berjalan waktu, sesuai niatnya, mahasiswa turut terjun ke ladang untuk bekerja dengan orang tua. Dan menghibur diri dengan kondisi kampung yang sepi.

Ketika Ramadhan tiba berita Covid-19 belum lagi berdamai. Korban-korban yang positif terus bertambah. Penutupan rumah-rumah ibadah pun sudah dilakukan pemerintah. Disitu lah para pribumi mandailing ini khawatir. Mereka takut penutupan rumah ibadah itu berlaku hingga ke pelosok-pelosok negeri yang bahkan memiliki zona hijau.

Siang-malam orang-orang tua tidak usai mendoakan supaya hal tersebut tidak berlaku sampai ke kampung halamannya. Setiap Minggu diadakan zikir tolak bala. Mereka takut tidak bisa sholat tarawih berjamaah di mesjid. Tempat-tempat pengajian orang tua sudah mulai didatangi kepolisian untuk di tutup sementara, untuk menghindari kurumunan, demi memutus mata rantai penularan virus tersebut.

Sholat tarawih adalah yang sangat di rindukan orang-orang tua setiap tahun. Tidak terbayangkan jika sholat tarawih di tiadakan. Mungkin setiap malam akan terdengar tangisan-tangisan orang tua.
Amat bersyukur sekali sholat tarawih di kampung tersebut tidak ditiadakan.

Sampe menjelang lebaran tiba. Tidak satu pun perantau yang terlihat di muka kampung halaman tersebut. Biasanya menjelang lebaran mobil-mobil pribadi para pemudik akan memadati pinggiran jalan.

Lebaran pertama, kedua, ketiga berlalu. Tidak terlihat lagi orang-orang berkerumunan masuk ke rumah dalam rangka silaturahmi untuk saling maaf-maafan.

Sedih melihat kondisi kampung halaman yang terbiasa ramai ketika lebaran, seketika hambar rasanya melihat kekosongan melanda kampung. Tidak terlihat berbeda dengan hari-hari biasanya.

Tetapi yang patut dan perlu di syukuri adalah keputuhan para anggota masyarakat atas tindakan pemerintah untuk tidak mudik ke kampung halaman. Sehingga mata rantai penyebaran virus corona tidak sampai kekampung halaman mereka para perantau.

Akan tiba saat nya lagi situasi lebaran akan kembali pulih dengan hilang virus corona di muka bumi.

Doa dan ikhtiar sudah seharusnya berdampingan, mudah-mudahan segala usaha anggota masyarakat tidak menghiani hasil.

"Salam hangat untuk para perantau"


Pikiran Melahirkan Mindset